Pernikahan Agung Yang Kita Impikan


Assalamuallaikum Wr. Wb.

Mari Kita simak bersama...*

"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah"


         Di kisahkan, pada masalalu telah hidup seorang pemuda saleh yang bernama Mubarak. Ia bekerja sebagai penjaga kebun milik seorang kaya. Suatu hari, si pemilik kebun mengundang beberapa temannya untuk menikmati buah-buahan miliknya. Para petamu menyuruh pelayan tersebut untuk memetik dan membawakan beberapa buah untuk dimakan bersama.
         Mubarak, sang pelayan, membawakan buah-buahan yang dimintanya. Saat buah-buahan tersebut disajikan dan di cicipi, seluruh buah yang dipetiknya ternyata rasanya asam. Sang pemilik sangat marah atas kejadian tersebut, lalu ia berkata, "Hai Mubarak, kamu sudah bertahun-tahun bekerja di kebunku, mengapa kamu tidak mengerti mana buah yang manis dan buah yang asam."
         Mubarak menjawab, "Wahai tuanku, tua  tidak pernah memerintahkan aku memakan buah dari kebun ini, bagaimana aku bisa membedakan antara buah yang manis dan buah yang asam."
         Mereka yang mendengar jawaban Mubarak langsung terkejut, lalu berkata, "Apakah kamu benar-benar tidak pernah memakan buah-buahan dari kebun ini?"
         Dengan polos pemuda tersebut menjawab, "Betul, saya belum pernah memakannya." Jawaban lugu Mubarak ini kemudian di benarkan oleh teman-teman seprofesinya.
         Kejujuran Mubarak berbuah keberuntunga yang besar baginya.
 “Wahai Mubarak, aku memiliki putri yang belum menikah,” kata sang majikan mengubah topik pembicaraan, “menurutmu, siapakah yang pantas menikah dengan putriku ini?”

“Dulu, orang-orang jahiliyah menikahkan putrinya atas dasar keturunan,” jawab Mubarak, “Orang-orang Yahudi menikahkan putrinya atas dasar harta dan kekayaan. Orang-orang Nasrani menikahkan putrinya atas dasar ketampanan. Maka sudah selayaknya orang-orang Muslim menikahkan putrinya atas dasar agama.”

        Jawaban ini semakin membuat sang majikan kagum dengan Mubarak. Dan selang beberapa waktu, Mubarak dipilih olehnya untuk menjadi menantu. Ia dinikahkan dengan putrinya. Dan dari pernikahan mereka, lahirlah Abdullah bin Mubarak pada tahun 118 hijriyah.

       Demikianlah, kejujuran selalu berbuah manis. Apa yang dialami Mubarak, kejujuran membuatnya bebas, dari budak menjadi orang yang merdeka. Bahkan, kejujuran mempertemukannya dengan cinta dan jodohnya. Apa yang dialami Mubarak juga mirip dengan apa yang dialami oleh ayah Imam Syafi’i. Kejujuran selalu berbuah manis.

      Kisah ini –seperti halnya kisah kejujuran ayah Syafi’i- juga menegaskan, bahwa jika kita menginginkan anak yang shalih, maka hal itu harus dimulai dari diri kita. Dengan menjadi pribadi yang jujur, dengan menjadi pribadi yang berakhlak mulia, dengan menjadi pribadi yang shalih yang berpegang teguh pada agama. Lalu menikah dengan wanita yang jujur, berakhlak mulia dan berpegang teguh pada agama juga. Setelah itu, dengan memperbanyak doa, tentunya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga lahirlah anak-anak shalih yang kita dambakan bersama. Aamiin

Semoga Kisah ini bermanfaat dan menhjadi inspirasi melangkah kedepan  bagi kita semua.

Sekian dari saya apabila ada kesalahan dan kekurangan itu datangnya dari kekhilafan saya, atas perhatiannya terimakasih.

Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Pernikahan Agung Yang Kita Impikan"