Wajib Percaya dan yakin, Jaminan Allah untuk semua mahluk-nya Itu Pasti!. ( siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil) .,Guys..*

Jaminan Allah utuk semua Makhluk-Nya itu Pasti!.

          Ketika menghadapi situasi krisis, tidak sedikit orang yang langsung tersadar, kemudian kembali ke jalan agama. Mereka yang sebelumnya tidak pernah menginjakkan kakinya ke masjid, tiba-tiba rajin melaksanakan shalat.
Mereka baru mengerti jika ada kekuatan di luar dirinya yang membolak-balikkan suasana semau-Nya.
Sebaliknya, ada sebagian orang yang justru frustasi dan lari dari agama. Yang biasanya melaksanakan berbagai amalan agama, justru malas-malasan. Sedikit demi sedikit di tinggalkan dan kemudian terlupakan semua amalan ibadahnya. Mereka merasa amalan yang mereka lakukan sia-sia, sebab tidak kunjung memperoleh apa yang diharapkan kecuali kebrangkutan.
            Jika kita datangi tempat maksiat, satu atau beberapa diantara pelakunya kemungkinan bisa mantan santri. Memang ada saja orang yang awalnya baik kini pada akhirnya menjadi jahat, sebliknya jika kita ke masjid akan kita dapati sebagian dari mereka adalah mantan-mantan orang ahli maksiat, dan inilah yang termasuk orang-orang beruntung. Berbagai pengalaman telah mengantarkan mereka kepada jalan Tuhan.
Motif beragama memang beragam, meskipun dalam praktek ibadahnya harus seragam. Keberagaman itu bisa di buktikan dengan bertanya kepada orang yang habis melaksanakan shalat tentang maksud dan tujuan ibadahnya ternyata jawabannya tidak sama.
Ali Bin Abi Thalib karramallahu wajhah membagi amalan ibadah kaum kedalam tiga kategori, Yaitu :  



  1. Golonngan orang yang sembayang karena mengharapkan sesuatu dari Allah Swt.

Ia beribadah karena pamrih, golongan itu dikatakan sebagai ibadatut-tujjaar, ibadahnya pedagang. Dikatakan demikian dikarenakan orang melakukan usaha dimaksudkan untuk mendapatkan untung.
Itulah sebabnya mereka tampak sibuk menghitung-hitung amalan ibadahnya, membawa tasbih kemana-mana diputar bolak-balik hingga berhenti kejumlah hitungan tertentu.
Jika ditanya kenapa berhenti berdzikir, ia menjawab berdasarkan hitungan ia telah membaca seribu kali. Jika sekali membaca diberikan ganjaran sepuluh, maka ia telah mandapatkan pahala sebesar sepuluh ribu. Itulah keuntungan yang bisa ditabung hari itu, dan begitu seterusnya.
Ibadah seperti itu nilainya amat rendah. Allah sendiri dalam berbagai ayatnya telah memberi motivasi kepada umatnya dan memberi iming-iming kepada umatnya agar rajin beribadah. Diantaranya adalah surga. Beribadah dengan mengahrapkan surga itu hal yang lumrah. Salah satu contohnya Allah berfirman :

 " Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu jajni yang benar. Dan siapakah yang lebih  benar perkataannya dari pada Allah?"(QS. An-Nisa: 122).


 Permasalahannya adalah pahala  yang diberikan oleh Allah itu tidak mesti langsung diterima pada saat seseorang itu melakukan suatu amalan baik, inilah yang membuat seseorang enggan/bermalas-malasan melakukan ibadah. mereka berfikiran bahwa pahala itu kurang riil, tidak cash, dan waktu pengambilannya terlalu lama bahkan tidak menentu.
Golongan ini termasuk golongan yang kurang konsisten, dikarenakan beribadahnya pasang-surut sesuai dengan kondisi kantongnya.

2. Golongan mereka yang menjalankan rangkaian ibadah karena takut siksa Allah Swt.
Mereka dikelompokkan Ali ra swbagai Ibadul-'abid (ibadahnya seorang budak). Seorang budak mempunyai mental yang khas, yaitu ia baru mulai bekerja setelah disuruh dan dikasih ancaman. ia merasa bahwa hasil amalannya itu bukan untuk dirinya.
 Seorang budak baru mau bekerja jika ada "upah". Jika upahnya besar, ia rajin. Sebaliknya jika upahnya cenderung biasa-biasa saja maka ia cenderung malas-malasan dan mengerjakan pekerjaan yang wajib-wajib saja, sedangkan yang sunnah dikurangi.
Namun bukan berarti semua budak sedemikian, asal bekerjanya dengan ikhlas semata-mata karena Allah, pasti diterima. Jika ia meminta balasan surga, ia diberi-Nya. Jika ia mengharap lepas dari siksa neraka maka ia diberi-Nya. 

3. Golongan orang-orang yang beribadah yang semata-mata rasa syukurnya, bykan mengharap surga dan pahala, apalagi takut ancaman Allah yang berupa siksa api neraka. Seandainya jika dari salah seorang mereka ditanya, apakah jika tidak ada surga dan neraka kalian akan tetap beribadah?.
Pasti mereka akan menjawab: "Ya, saya akan tetap beribadah."
Jika masih dikejar dengan berbagai pertanyaan apalah gunanya, orang tersebut malah akan balik bertanya, "Bukankan aku patut bersyukur telah dijadikan Allah manusia, makhluk yang paling mulia?, Bukankah pantas bagi saya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan Akal fikiran yang sehat?, Bukankah pantas bersyukur bagi saya kepada Allah yang telah memberikan hidayah kepada saya sehingga saya menjadi seorang mukmin?

       Andaikata kita mau bersabar menunggu orang tersebut berbicara, tentu ia akan melanjutkan, "seandainya Allah memerintahkan saya beribadah seharian penuh, tentu saya akan melaksanakannya. yang hanya sebulan dalam setahun, jangankan zakat yang hanya mengeluarkan sebagian kecil dari harta yang telah diberikan Allah, jangankan haji yang wajib sekali seumur hidup. Andai kata semua umur hidup harus di habiskan untuk beribadah, tentu saya akan jalani."

Tentu sangatlah berbeda kualitas ibadah yang didasari oleh rasa syukur yang ikhlas dengan ibadahnya pembisnis atau budak. Jika pembisnis beribadahnya sangat tergantung dengan tebal-tipisnya kantong. Maka ibadahnya seorang yang bersyukur tidak dikenal dengan situasi. Dalam segala kondisi, baik sedih atau gembira susah atau mudah, ia tetap menjalankan ibadah. Bahkan andaikata ia ditetapkan masuk neraka, ia tetap beribadah.

Seorang Sufi besar pernah menyampaikan  do'anya kepada Allah Swt. Ia memohon agar ditempatkan di neraka, kemudian tubuhnya dibesarkan sampai memenuhi seluruh isi neraka, dengan begitu katanya semua orang bebas dari siksa neraka.
Mungkin kita berkata, sufi itu aneh-aneh saja. akan tetapi jika direnungi sungguh artinya luar biasa. Ia rela berkorban demi kebahagiaan ummat manusia. Sufi yang lain pernha bermunajat kepada Rabb-Nya. Ia berkata, 'Ya Allah, sekiranya Engkau masukkan aku ke dalam neraka-Mu itu tidak masalah asal ridho-Mu tetap menyertaiku.'
        Bagi orang yang sudah pada tingkatan ini, permintaannya hanya satu, ridha Allah semata. Tentang akan di tempatkan dimana, surga atau neraka itu tidak menjadi soal. Bukannya ia juga yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Sudah pasti tentu Allah tidak akan menempatkan kekasih yang diridhai-Nya ke tempat yang menyengsarakannya. mereka akan dikumpulkan bersama ornag-orang yang diridhai-Nya di dalam satu tempat yang diridhai, yaitu surga. Kepada mereka, Allah berseru:

" Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."(QS. Al-fajr: 27-30).

Dalil Penguat


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmata) Kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)

"Tidak sedikit orang yang makan (tidak puasa) yang bersyukur, memperoleh pahala yang lebih besar dari orang puasa yang sabar"(HR. Qudha')

"Barang siapa mengucapkan, 'Sibhanallah; maka ia mendapatkan sepuluh kebaikan. Dan siapa yang mengucapkan 'Laa ilaaha illallaah'. maka ia mendapatkan dua puluh kebaikan. Dan siapa yang mengucapkan, 'Alhamdulillah.' maka ia mendapatkan tiga puluh kebaikan." (Al-hadits).


Semoga bermanbfaat Guys... Tetap Semangat !!!.

By : Muhammad Syafiq Al-fatih



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Wajib Percaya dan yakin, Jaminan Allah untuk semua mahluk-nya Itu Pasti!. ( siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil) .,Guys..*"

Post a Comment